Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesan dari HILDA : Bangkitlah dari lukamu dan jadilah perempuan berdaya!


Saya sudah lama sekali tidak baca novel. Suatu hari Bapaknya Yahya tiba-tiba membawakan sebuah novel yang katanya bagus banget. 

Penulisnya aktifis fatayat DIY. Waktu itu belum banyak yang kenal novel ini.  

"Baca terus iklanin bikin review ya dek... " kata Bapaknya Yahya.  
"Nggeh, siap" kataku. 

Tapi parahnya aku baru bikin review novel ini setelah  novel ini berbulan -bulan setelah baca novel ini.

Ingat harus bikin review lagi pun karena ikut WAG bedah bukunya. Maaf nggeh, Maas...😢

Ini sekaligus disclaimer ya,  mohon maaf jika review ini nantinya kurang lengkap banget atau malah ada yang salah data, karena nulis ini cuma modal catatan singkat  di notebook, chat berbintang di WAG, dan galian ingatan yang sudah banyak ketimbun memori-memori lain.. Huft...

Oke nggak papa, yang penting belajar nulis... Hehe

Kebiasaanku adalah lihat dulu profil penulis sebelum baca dari depan. Aku baca dan langsung bilang wooow..  Mb Muyassarotul Hafidzoh ini kereeen banget.... Ibu tiga anak (pas nulis sedang hamil  anak ketiga, dan sambil nungguin ayahnya yang sakit) ini, selain aktif di dunia pendidikan (pernah jadi bu kepsek juga)  dan aktifis Fatayat NU DIY, juga produktif sekali sebagai penulis.  

Artikelnya sudah banyak yang masuk media nasional seperti kompas dan republika. Padahal kata bapaknya yahya, "aku ngirim ke media nasional kayaknya udah puluhan kali belum ada yang keterima"   (haha sabar ya paak... Masih harus ngirim terus.. Semangaat). 

Dan oalaah... Mb Muyas ini istrinya pak Muhammadun (pemred majalah Bangkit) . Waah goals couple banget.. Suami istri sama-sama produktif menulis😍

Novel ini nggrentes ati banget..  Hiks.... Terinspirasi dari kisah nyata, novel ini menarasikan  perjuangan bangkitnya  seorang gadis bernama hilda setelah diperkosa,  dikeluarkan dari sekolah,  mendapat stigma negatif masyarakat, trauma berat, depresi, lalu ternyata hamil dan melahirkan "buah tanpa hati" . 

Saat hamil besar, Hilda mengobati duka laranya ke sebuah pondok pesantren yang pengasuhnya  aktif pada pemberdayaan perempuan dan menerima siapapun di pondoknya, apapun latar belakangnya. 

Di pesantren ini Hilda, yang memang  aslinya adalah gadis cerdas, melahap berbagai kitab pesantren sekaligus menghafal Al Qur'an. 

Setelah sepertinya badai hidupnya telah berlalu, cobaan datang menerpa lagi berwujud  jatuh bangun dalam cinta.

Novel ini membuat saya sadar betapa kurangnya kepedulian saya terhadap isu perempuan.

Banyak fakta miris tentang perempuan yang dijabarkan di sini. Membaca novel ini saya banyak berkata "Oo ternyata begitu.. Oo ternyata begini".. 

Saya baru tau dari novel ini ternyata hukum masih lemah sekali melindungi perempuan. Ternyata banyak sekali pelecehan terhadap perempuan, dan malah pihak perempuan yang disalahkan sehingga semakin banyak pelecehan perempuan tidak terungkap.  

Dalam hukum islam pun, ternyata masih banyak yang memakai pendapat ulama yang mengatakan bahwa untuk mendakwa seorang pemerkosa , si korban harus mendatangkan 4 saksi yang melihat langsung. 

Hal ini yang  sempat membuat saya heran lalu  tanya ke suami, "Kok gitu sih mas?? orang merkosa ya diem-diem to? Kasian yang diperkosa dong... 😭 susah banget lah kalo harus mendatangkan saksi... " . 

Dijawab bijak sama beliau "Ya memang begitu dek... Itu hikmahnya biar orang nggak sembarangan menuduh. Soalnya hukumnya orang zina itu berat, kaitannya nyawa.. " mendapat jawaban seperti itu saya mak klakep, speechless, tapi tetap  saja hati rasanya tidak puas. 😢

Seperti yang dituturkan Mbak Muyas sendiri, salah satu fokus pesan novel ini adalah  pemberdayaan perempuan. 

Kisah Hilda yang bangkit dari keterpurukannya dengan cara meningkatkan kemampuan intelektual dan skill,  memberi semangat kepada saya untuk  belajar lagi dan lagi . 

Selain itu, banyak sekali  kritik sosial yang tersirat di novel ini, diantaranya:
  1. Masih banyak  masyarakat mengikuti dogma agama tak ramah perempuan yang dihasilkan dari bias penafsiran AlQur 'an dan Hadits . 
  2. Perempuan seringkali disalahkan,  padahal posisinya adalah sebagai korban.
  3. Media yang seringkali tidak berimbang dalam menyampaikan berita. 
  4. Masyarakat  patriarkhis yang kurang memahami keadilan gender dalam islam. Bahkan  sampai banyak suami yang melakukan  marital rape dalam rumah tangga.😢

Maaf tak buat poin-poin begini aja ya, kalo dijelasin satu-satu ndak tulisannya jadi kepanjangan..., hehe
Kalo mau lengkapnya, baca bukunya yaaaa😁

O iya, Selain alur cerita yang  sangat bagus, penokohan yang kuat dan banyak sekali  wawasan baru yang bisa diambil, novel ini juga  diwarnai  banyak kutipan kalam ulama' yang menentramkan jiwa dan puisi -puisi cinta yang didendangkan Hilda dan  Wafa  (tokoh utama pria). 

Salah satu kutipan favorit, kalimatnya Wafa "Cinta dua orang tidak akan sempurna, sampai masing-masing mengatakan kepada yang lain, bahwa kau adalah aku yang lain"   

Kata mbak Muyas, kalimat itu didapat Buya Husein Muhammad yang mengutip penyair al Hallaj.  

Dijamin tambah bikin baper apalagi bagi para jomblo.  Pokoknya recommended banget buat menemani #dirumahaja. 

Cuus yang belum baca, tunggu apa lagi??? Hehe...

Bisa didapatkan di Shopee bisa free ongkir

Posting Komentar untuk "Pesan dari HILDA : Bangkitlah dari lukamu dan jadilah perempuan berdaya!"